D.O. patchcode

D.O. patchcode

Jumat, 19 Desember 2014

Belajar dari Banyuwangi

Kemarin tepatnya, saya mengahadiri salah satu rangkaian acara untuk memperingati ulang tahun Departemen Hubungan Internasional Universitas Airlangga Surabaya.




Memang sangat disayangkan bahwa antusiasme Mahasiswa HI dari berbagai macam angkatan kemarin sedikit dikecewakan oleh ketidak datangan dari Pakde Karwo dan Ibu Risma dalam acara talkshow ini. Namun, Bapak Abdullah Azwar Anas, yaitu Bapak Bupati Kab. Banyuwangi bak sebuah angin segar yang  menerpa di acara talkshow ini.

Bupati Banyuwangi
Bukan, karena perawakan beliau yang penuh dengan senyum, saya disini berbicara mengenai sesuatu yang lebih substantif pada pemaparan beliau dalam presentasi. Saya seperti sedang melihat seorang Bupati yang sedang mempromosikan kabupatennya secara sempurna dan menawan. Dalam tulisan ini saya tidak akan membahas secara keseluruhan isi dari persentasi beliau namun saya mendapatkan banyak sekali pemahaman, strategi, dan keyakinan terhadap kandungan dari sebuah kesinergisan antara pusat, daerah, dan masyarakat.

Banyuwangi dengan slogannya The Sunrise of Java, tidak lagi dapat kita pungkiri sebagai sebuah new rising regency. Banyaknya kemajuan di sektor pembangunan dan perindustrian telah menjadi bukti nyata bahwa banyuwangi tidak ingin kalah denga kabupaten atau kota lain yanga ada di Jawa Timur. Mulai dari produksi bajaj listrik, kapal berteknologi tinggi yang sudah banyak di pesan oleh banyak negara, serta bandara yang mengedepankan ecotechnology. Jika berbicara mengenai bandara  kemudian, dimana dalam pemmbangunannya yang memakan banyak biaya maka tidak banyak kabupaten seperti Banyuwangi yang berani mengambil langkah berani seperti ini. Namun, satu hal yang perlu digaris bawahi dari adanya bandara di debuah kabupaten, disampaikan oleh Bapak Azwar kemarin bahwa, "dengan adanaya bandara sangat membantu dan mempermudah datangnya investasi, bahkan sudah banyak sekali  private jet para investor, dan orang-orang penting dunia yang telah mendarat di bandara Banyuwangi".

Dalam presentasinya pun, saya melihat bahwa salah satu aspek yang beliau kedepankan adalah Tourism. Satu kata yang bisa saya ungkapkan, Amazing.  Dengan pariwisata dan manajemen yang sangat bagus di Banyuwangi, saya langsung terhentak dan ciut nyali. Bagaimana dengan duta wisata yang Banyuwangi milik? Dengan modal yang sangat banyak ini, apakah nantinya di ajang Raka-Raki mereka akan jauh melebihi kemampuan kita (Kacong-Cebbing Sampang)?. Namun, yang saya yakini adalah bahwa Tuhan telah menakdirkan saya mendapat pencerahan, dan ilmu dari beliau mengenai manajemen wisata berbasis islam untuk memajukan Kabupaten Sampang. Yang belum tentu didapatkan oleh Duta Wisata dari daerah Banyuwangi.

1. Promotion
Promosi pada saat ini tidaklah harus dilakukan secara konvensional. Jika cara-cara tersebut masih dilakukan maka yang terjadi adalah membuat masyarakat akan lelah dan kabupaten akan semakin tertinggal. Kita harus melihat era yang serba terkoneksi pada saat ini sebagai suatu peluang besar. Tidak harus membuat sering pameran dengan biaya yang besar, cukup buat sekali-dua kali dengan megah dan jangan lupakan publikasi. Tidak hanya sebatas pada Duta Wisata meng-upload jalannya acara di akun Facebook, Twitter, dan Instagram pribadi mereka atau akun resmi Duta Wisata. Promosi tidak akan berjalan massive hanya dengan hal tersebut. Maka undanglah pula orang-orang terkenal yang memiliki follower twitter dan instagram yang banyak, ajak pula blogger dalam maupun luar negeri untuk mengulas acara yang sudah diselenggarakan. Memiliki website resmi Kabupaten yang aktif dan menraik juga sangatlah penting, contohnya adalah http://www.banyuwangikab.go.id . Itu sudah lebih dari cukup, dan perfect strategy to challenge the world.

2. Hak Paten (outside protection)
Apa pula guna kekayaan budaya dan karya daerah, jika dunia tidak tahu siapa pemilik aslinya. Diperburuk lagi jika nantinya terdapat daerah ataupun negara lain yang menggunakannya sebagai warisan luhur negara mereka. Maka, hak paten sangat diperlukan selain untuk melindungi dari  aksi "pencurian", hak paten juga akan memproteksi karya dan budaya masyarakat dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA 2015 a.k.a. AEC 2015

3. Pemberdayaan Masayarakat (inside protection)
Jika pelatihan, dan penyuluhan itu sudah terlalu mainstream, maka pemberdayaan dapat dilakukan dengan peraturan. Mengapa tidak? ini adalah pilihan yang sangat bagus, sebagai contoh:
  • Batasi atau larang pembelian dan konsumsi PNS terhadap buah impor
  • Selektif dalam melihat investor, penekanan tetap pada feedback yang akan diberikan pada masyarakat.
4. Strategi (distinctive aspect)
Manusia melakukan pariwisata karena mereka tidak memiliki hal tersebut di daerahnya, maka buatlah sesuatu yang baru dan membedakan pariwisata daerahmu. Wisata berbasis syariah adalah sebuah strategi yang sangat cocok bagi Madura, khususnya Sampang. Melihat dari sejarah dan kondisi sosial yang ada, Sampang sebagai kota islami memang perlu untuk mendapatkan promosi wisata yang tepat.
  • Hotel : Harus ada pengawasan dan aturan yang ketat untuk menjauhkan tempat penting dalam wisata ini agar tidak menjadi pusat maksiat. Startegi yang dapat digunakan adalah dengan pembuatan homestay. Selain itu pula, perlu dicoba untuk memberikan standar pada pembuatan hotel di Sampang, yaitu minimal dengan bintang 3.
Sumber:
Anas,Abdullah Azwar. 2014. Talkshow: Pemerintah Daerah dan Kerjasama Luar Negeri. Universitas Airlangga, FISIP Universitas Airlangga pada 19th Desember.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar